Tuesday, February 5, 2008

Adversity Quotient (AQ)

Setelah mempelajari berbagai IQ dan EQ, saya merasa pasti ada yang satu ukuran lagi yang menentukan keberhasilan manusia. Saya pernah bertemu dengan orang yang IQ-nya baik, EQ-nya cukup baik, tapi hidupnya biasa-biasa saja, dia belum mencapai potensi yang terbaik darinya.

Akhirnya saya temukan AQ singkatan dari Adversity Quotient yang dikemukakan oleh Dr. Paul G. Stoldz. AQ adalah ukuran mengenai daya tahan manusia terhadap kesulitan hidup, menggambarkan bahwa manusia dalam perjalanan hidupnya mempunyai beberapa karakter.

Adversity Quotient ini dibagi dalam 3 daerah:

1. Manusia penyerah (the quitter) 0 - 59.
Manusia golongan ini tidak mempunyai pandangan maupun tujuan hidup (visi-misi) yang jelas, harapannya dangkal, tidak tahan banting dan cenderung lari dari kesulitan, tantangan atau pun semua batu tajam dalam pendakian.

2. Manusia serba tanggung (the camper) 95 - 134
Manusia ini berhenti pada pendirian kemah-kemah kehidupan semata, semangat juang tak berkesinambungan, cepat puas, tidak berusaha meraih kepuasan mendaki lebih tinggi, sehingga mereka cepat berhenti.

3. Manusia pendaki (the climber) 166 - 200
Manusia jenis ini tak pernah berhenti mendaki, semangatnya sambung menyambung, mampu mengatasi kesakitan dan kesulitan pendakian, memiliki visi-misi jelas, mau bekerja keras, mengerahkan segenap kemampuan dan potensinya demi mencapai puncak tujuan tertinggi.

Untuk meningkatkan AQ digunakan metoda CO2RE.
C : Control (kendali)
O2: Origin & Ownership (asal dan kepemilikan)
R: Reach (jangkauan)
E: Endurance (daya tahan)

C di sini menyangkut aspek: pengendalian diri, pemberdayaan diri tanpa henti, kreatif, dan proaktif.

O2 di sini berkaitan dengan aspek kemurnian, keahlian merefleksi diri, proses penyempurnaan diri berkesinambungan, serta penemuan diri di tengah berbagai tantangan yang terus menerpa, pengembangan akuntabilitas, keberanian menghadapi masalah, serta potensi kearifan.

R di sini berhubungan dengan kapasitas atau daya jangkau mencapai target dan juga visi-misi, dengan mengembangkan kemampuan mengatasi konflik, rasa sopan/susila, berpikir dan berperilaku proporsional, berorientasi pada kedamaian pada saat menghadapi proses pertentangan dan kesalah-pahaman.

E di sini berhubungan dengan aspek daya tahan emosi maupun fisik, daya bertahan menghadapi segenap kesulitan dan tantangan masa kini dan masa mendatang. (Dikutip dari buku Jangan berhenti bermimpi - Samuel H. Tirtamihardja)

Kami di HHK memilih untuk menjadi manusia pendaki (the climber), bertekad untuk terus maju untuk mencapai potensi terbaik kami, khususnya dalam bidang pendidikan.